Profil Desa Ngagrong

Ketahui informasi secara rinci Desa Ngagrong mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Ngagrong

Tentang Kami

Profil Desa Ngagrong, Kecamatan Gladagsari, Boyolali, wilayah unik di antara Merapi dan Merbabu. Dikenal dengan Jembatan Gantung Kali Apu, ekonomi desa ini ditopang oleh pertanian tembakau, peternakan sapi perah, dan aktivitas penambangan pasir.

  • Geografi Unik

    Desa Ngagrong terletak di lokasi geografis yang khas, sangat dipengaruhi oleh aktivitas Gunung Merapi melalui aliran Sungai Apu (Kali Apu), yang membedakannya dari desa-desa lain di Kecamatan Gladagsari yang lebih berorientasi ke Gunung Merbabu.

  • Ekonomi Tiga Pilar

    Perekonomian desa berdiri di atas tiga pilar utama: pertanian dengan komoditas unggulan tembakau asepan, peternakan sapi perah yang menjadi tradisi, dan aktivitas penambangan galian C (pasir dan batu) di sepanjang Kali Apu.

  • Ikon Infrastruktur

    Desa ini memiliki Jembatan Gantung Kali Apu, sebuah infrastruktur vital yang menjadi ikon baru. Jembatan ini tidak hanya mempersingkat akses warga tetapi juga menjadi daya tarik wisata karena pemandangannya yang dramatis.

XM Broker

Berada di sisi selatan Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali, Desa Ngagrong menampilkan wajah yang sangat berbeda dari desa-desa tetangganya. Jika desa lain menatap lereng Merbabu yang hijau, Ngagrong justru hidup dalam pengaruh besar Gunung Merapi yang perkasa. Lanskapnya didominasi oleh lembah Sungai Apu (Kali Apu) yang lebar, sebuah jalur aliran lahar dingin yang menjadi saksi bisu kedahsyatan Merapi. Keunikan geografis ini secara fundamental membentuk karakter desa, mulai dari pilar ekonominya yang bertumpu pada penambangan pasir, tradisi pertanian tembakau, hingga kesiapsiagaan warganya dalam menghadapi potensi bencana. Di tengah realitas alam yang keras, berdiri megah Jembatan Gantung Kali Apu, simbol konektivitas dan semangat warga Desa Ngagrong dalam menaklukkan tantangan.

Geografi Unik di Antara Dua Gunung

Desa Ngagrong menempati posisi geografis yang istimewa, seolah menjadi titik temu pengaruh dua gunung api terbesar di Jawa Tengah. Meski secara administratif masuk dalam kecamatan yang berorientasi ke lereng Merbabu, denyut kehidupan dan kondisi alamnya sangat lekat dengan Gunung Merapi. Batas alam paling signifikan ialah Kali Apu, sungai besar yang berhulu di puncak Merapi dan menjadi jalur utama aliran material vulkanik.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, Desa Ngagrong memiliki luas wilayah 4,13 km² (413 hektare). Wilayah ini terbagi menjadi 4 dusun, 7 Rukun Warga (RW) dan 28 Rukun Tetangga (RT). Di bawah kepemimpinan Kepala Desa, Sudiyono, pemerintah desa mengelola wilayah yang tidak hanya memiliki potensi ekonomi besar tetapi juga risiko bencana yang tinggi.Posisi desa di Kawasan Rawan Bencana (KRB) lahar dingin Merapi menuntut tingkat kewaspadaan dan mitigasi yang tinggi dari masyarakat dan pemerintah. Topografi desa yang terdiri dari dataran yang lebih rendah dan berbatasan langsung dengan lembah sungai yang dalam menciptakan lanskap yang dramatis, namun juga menyimpan potensi bahaya saat aktivitas Merapi meningkat. Kondisi ini membentuk masyarakat yang tangguh dan terbiasa hidup berdampingan dengan alam.

Perekonomian Tiga Pilar: Agraris, Ternak, dan Tambang

Struktur ekonomi Desa Ngagrong sangat khas dan ditopang oleh tiga pilar utama yang membedakannya dari desa-desa sekitar.1. Penambangan Galian C: Aktivitas penambangan pasir dan batu (galian C) di sepanjang aliran Kali Apu merupakan motor penggerak ekonomi paling signifikan di Desa Ngagrong. Material vulkanik berkualitas tinggi yang dibawa oleh aliran lahar menjadi sumber daya alam yang sangat berharga. Aktivitas ini menyerap banyak tenaga kerja, mulai dari penambang manual, operator alat berat, hingga ratusan pengemudi truk pengangkut pasir. Hilir mudik truk-truk besar menjadi pemandangan sehari-hari yang menandakan tingginya aktivitas ekonomi ini, yang memasok material bangunan ke berbagai wilayah.2. Pertanian Tembakau: Berbeda dengan desa-desa di lereng atas yang fokus pada sayuran, Desa Ngagrong memiliki komoditas pertanian unggulan yaitu tembakau. Desa ini dikenal sebagai salah satu sentra "tembakau asepan" di Boyolali, di mana daun tembakau diolah melalui proses pengasapan untuk menghasilkan kualitas dan aroma yang khas. Pertanian tembakau menjadi sumber pendapatan musiman yang penting bagi sebagian besar petani di desa ini.3. Peternakan Sapi Perah: Melengkapi dua pilar lainnya, sektor peternakan sapi perah tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari ekonomi warga. Mengikuti tradisi Boyolali sebagai Kota Susu, banyak rumah tangga yang memelihara sapi perah sebagai sumber pendapatan harian yang stabil, menyeimbangkan siklus ekonomi yang bergantung pada musim panen tembakau dan fluktuasi aktivitas penambangan.

Demografi dan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana

Menurut data BPS tahun 2020, jumlah penduduk Desa Ngagrong tercatat sebanyak 4.082 jiwa. Dengan luas wilayahnya, desa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk sekitar 988 jiwa per km². Mayoritas penduduknya bekerja pada tiga sektor utama yang telah disebutkan: penambangan, pertanian, dan peternakan.Kehidupan di kawasan rawan bencana membentuk karakter masyarakat yang memiliki ikatan sosial kuat dan tingkat kesiapsiagaan yang tinggi. Sosialisasi dan simulasi menghadapi bencana, khususnya banjir lahar dingin, menjadi bagian dari edukasi komunal. Sistem peringatan dini yang terhubung dengan pos-pos pemantauan aktivitas Merapi menjadi instrumen vital bagi keselamatan warga. Di sisi lain, dinamika ekonomi dari aktivitas penambangan juga membawa tantangan sosial, seperti isu kerusakan infrastruktur jalan desa akibat lalu lintas alat berat, yang memerlukan mediasi dan solusi berkelanjutan dari pemerintah desa dan para pelaku usaha tambang.

Ikon Desa: Jembatan Gantung dan Potensi Wisata

Salah satu penanda kemajuan infrastruktur sekaligus ikon baru bagi Desa Ngagrong ialah Jembatan Gantung Kali Apu. Dibangun oleh Kementerian PUPR, jembatan ini membentang gagah di atas lembah Kali Apu yang luas, menghubungkan Desa Ngagrong dengan Desa Klakah di seberangnya. Sebelum adanya jembatan ini, warga harus memutar puluhan kilometer atau menyeberangi sungai yang berbahaya. Kini, jembatan tersebut menjadi jalur vital yang memangkas waktu tempuh secara drastis untuk aktivitas ekonomi, sosial, dan pendidikan.Lebih dari sekadar fungsi utamanya, Jembatan Gantung ini dengan cepat bertransformasi menjadi daya tarik wisata. Pengunjung datang untuk merasakan sensasi berjalan di atas jembatan sambil menikmati pemandangan spektakuler lembah sungai yang terjal dan puncak Gunung Merapi di kejauhan. Keunikan lanskap bekas aliran lahar, ditambah dengan pemandangan aktivitas penambangan yang masif, menawarkan sebuah "wisata realitas" yang berbeda dari wisata alam pada umumnya. Potensi ini membuka peluang bagi warga untuk mengembangkan usaha kecil di sekitar area jembatan, seperti warung makan atau area parkir, sebagai sumber pendapatan alternatif.